MASANYA PRABOWO SUDAH HABIS, SEBAIKNYA DI BELAKANG LAYAR SAJA ATAU MENDAMPINGI GANJAR JADI WAPRES

Kabarnya ada lima nama bakal calon wakil presiden di kantong Prabowo Subianto. Nama Gibran Rakabuming Raka saya yakin ada di sana, meski kans untuk mengusung Gibran akan sulit karena banyak faktor penghalangnya. Namun, keempat nama lainnya saya tidak terlalu ingin tahu siapa saja mereka. Ngapain?

Meskipun begitu, melalui tulisan ini saya hendak mengingatkan Pak Prabowo agar berhati-hati, banyak berpikir dan merenung, bahkan bila perlu melakukan meditasi dan berdoa sesuai keyakinan beliau, agar bisa memutuskan dengan tepat. Tak hanya perkara siapa pendamping beliau kalau jadi maju sebagai bakal capres, tetapi keputusan akhir apakah akan tetap maju sebagai bakal capres atau legowo dan menempuh jalan pengabdian lain kepada negeri ini, tanpa harus memaksakan diri maju pada Pilpres 2024 nanti.

Apalagi jika berkaca pada Pilpres 2014 dan 2019, eks menantu Soeharto ini termasuk pribadi yang begitu mudah percaya sehingga bisikan-bisikan menyesatkan dari circle terdekatnya langsung dianggapnya sebagai kebenaran.

Jika Pak Prabowo memiliki kecurigaan yang normal, tidak mudah percaya, dan selalu mengecek kebenaran suatu informasi atau bisikan, tentu adegan sujud syukur karena berita kemenangan palsu tidak akan pernah muncul, seperti yang kita lihat pada Pilpres 2014 lalu.

Jika Pak Prabowo cukup waspada, kita mungkin juga tidak akan mengalami kegaduhan yang tak perlu pada Pilpres 2019 silam, dimana secara konsisten dan berulang Pak Prabowo mengatakan adanya kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif) yang sengaja diarahkan kepada kubu Prabowo-Sandiaga agar mereka kalah dari pasangan Jokowi-Maruf Amin.

Atas semua kegaduhan dan kekonyolan pada Pilpres dua edisi di atas, seingat saya belum pernah digelar konferensi pers khusus yang memuat permintaan maaf Pak Prabowo, juga Pak Hatta Rajasa dan Pak Sandiaga Uno, mengenai apa yang terjadi sewaktu mereka kalah dari Pak Jokowi.

Mungkin dikiranya rakyat lupa atas apa yang pernah terjadi pada masa itu, dengan pelaku utama dari pihak koalisi Pak Prabowo selaku Ketum Gerindra dan para partai koalisinya. Namun, seperti saya masih mengingat jelas momen itu, rasanya masih banyak rakyat Indonesia juga belum lupa atas sikap dan pernyataan Pak Prabowo, yang bisa menggiring pada keraguan akan kesiapan eks menantu Soeharto ini sebagai Capres RI pada 2024 nanti.

Sekarang pun saya menilai Pak Prabowo tidak jauh lebih siap, karena masa keemasan dan momentum Pak Prabowo sudah lewat, karena terjadi pada 2014 silam. Namun sayang, ketika itu beliau salah memilih teman koalisi dan kelompok pendukung sehingga akhirnya harus kalah dari Jokowi.

Jadi kesimpulannya, kalau boleh saya menitip pesan lewat tulisan ini:

"Sudahlah, Pak Prabowo. Ingat usia dan momen emas Bapak sudah lewat. Tak usah memaksakan diri sebagai Capres, bahkan sebagai Cawapres pun janganlah. Berperan saja di balik layar, sambil ngopi dan ngobrol santai dengan Ibu Megawati atau Pak Jokowi sembari membahas strategi bagaimana Pilpres 2024 dapat dimenangkan Ganjar dengan lebih cepat, tapi nggak perlu ada Anies Baswedan di sana." 

Comments

Popular posts from this blog

TERNYATA HENDROPRIYONO BENAR, PRABOWO ITU SUDAH GILA!

INGIN BERKUASA, BUKAN MELAYANI! PRABOWO-GIBRAN TAK AKAN BISA MENANG PILPRES 2024

GAGASAN KOSONG PRABOWO DI ACARA ADU GAGASAN PEMBERANTASAN KORUPSI